Powered By Blogger

Selasa, 05 Juni 2012

BUMI ALIT PANJALU



BUMI ALIT PANJALU

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia





Oleh :

LELA PUSPITASARI          9D
ELIS HERLIANI                  9D
TRESNA NOVIANI             9D
INDRI APRILIANI               9D
SULISTIANI                        9D


SMPN 1 TAMBAKSARI


KATA PENGANTAR

                 Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehinga peyusun dapat menyelesaikan karya tulis  yang berjudul  “BUMI ALIT PANJALU” penyusun menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna baik mengenai isi maupun penulisan untuk itu kritik, saran, petunjuk, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat penyusun harapkan. Karyatulisinidisusununtukmemenuhisalahsatutugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
   Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Atas jasa-jasa dari semua pihak yang telah diberikan kepada kami, semoga amal baiknya di balas oleh  ALLAH S.W.T. amin. 

Tambaksari,   Februari 2012



Penyusun


DAFTAR ISI
KATA  PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang...................................................................................... 1
B.      Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 1
C.      Tujuan Penulisan................................................................................... 2
D.     Metode Penelitian................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A.      Pengertian Bumi Alit Panjalu............................................................... 3
B.      Sejarah Bumi Alit Panjalu..................................................................... 4
C.      Sejarah Singkat Kerajaan Panjalu......................................................... 11
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
            A.      Kesimpulan........................................................................................... 14
            B.      Saran..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Bumi Alit merupakan tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan PANJALU ,di wilayah ciamis jawa barat. Penulis menjadikan Bumi Alit Panjalu sebagai bahan karya tulis ini dikarenakan di Bumi alit tersimpan banyak bukti sejarah dan merupakan objek pariwisata yang sangat menarik, berdasarkan hasil observasi dan penelitian pada studi tour 2011. Karya tulis ini dibuat berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Mempelajari sejarah dan memperdalam ilmu pengetahuan khususnya
2.      Penyelidikan, mengamati dan diamati sutu objek
B.      Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.      Pembatasan Masalah
Untuk dapat lebih mengarah dan menempuh tujuan dalam penelitian ini, maka diperlukan beberapa pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah karya tulis ini adalah :
a)      Pengertian Bumi Alit Panjalu
b)      Sejarah Bumi Alit Panjalu
c)      Sejarah Singkat kerajaan Panjalu


2.      Perumusan Masalah
Agar untuk memudahkan pembahasan penulis membagi permasalahan dan bentuk pertanyaan sebagai berikut :
a)      Apa yang dimaksud dengan Bumi Alit Panjalu ?
b)      Bagaimana sejarah dari Bumi Alit Panjalu ?
c)      Bagaimana sejarah dari kerajaan Panjalu?

C.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian dalam perumusan karya tulis ini adalah :
1.      Sebagai salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai nilai tambahan.
2.      Untuk dapat lebih memahami dan mendalami tentang analisis dari sejarah Bumi alit dan kerajaan Panjalu

D.     Metode Penelitian
Metode yang disetujui dengan teknik Studi Kepustakaan dan Literatur. Yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa media tulis, baik berupa buku, diktat, dan media lainnya yang tentu ada kaitannya dengan masalah-masalah yang dibahas di dalam karya tulis ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     PengertianBumi Alit Panjalu

Pasucian Bumi Alit atau lebih populer disebut Bumi Alit saja, mulai dibangun sebagai tempat penyimpanan pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora oleh Prabu Rahyang Kancana di Dayeuh Nagasari, Ciomas. Kata-kata bumi alit dalam Bahasa Sunda berarti "rumah kecil" .Bumi alit bentuknya bangunan kecil yang berada pada suatu tempat namanya “PASUCIAN” . nama pasucian sendiri diberikan oleh raja Panjalu yang bernama Prabu shangyang Boros Ngora atau Syeh haji dul imam, raja panjalu yang memeluk islam. Yang terkenal dengan pepatah sunda “MANGAN KARNA HALAL,PAKE KARNA SUCI ,TEKAD UCAP LAMPAH SABEUNEURE” Bangunan bumi alit masih tradisional dan terasa sejuk, masih banyak batu besar dan lumut dan dulu masih terbuat dari kayu ,bambu dan ijuk.Benda-benda pusaka yang tersimpan di Bumi Alit itu antara lain adalah:
1.      Pedang, cinderamata dari Baginda Ali RA, sebagai senjata yang digunakan untuk pembela diri dalam rangka menyebarluaskan agama Islam.
2.      Cis, berupa tombak bermata dua atau dwisula yang berfungsi sebagai senjata pelindung dan kelengkapan dalam berdakwah atau berkhutbah dalam rangka menyebarluaskan ajaran agama Islam.
3.      Keris Komando, senjata yang digunakan oleh Raja Panjalu sebagai penanda kedudukan bahwa ia seorang Raja Panjalu.
4.      Keris, sebagai pegangan para Bupati Panjalu.
5.      Pancaworo, digunakan sebagai senjata perang pada zaman dahulu.
6.      Bangreng, digunakan sebagai senjata perang pada zaman dahulu.
7.      Gong kecil, digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat pada zaman dahulu.
8.      Kujang, senjata perang khas Sunda peninggalan seorang petapa sakti bernama Pendita Gunawisesa Wiku Trenggana (Aki Garahang) yang diturunkan kepada para Raja Panjalu.

B.      Sejarah Bumi Alit Panjalu

Pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Wirapraja bangunan Bumi Alit dipindahkan dari Dayeuh Nagasari, Ciomas ke Dayeuh Panjalu seiring dengan perpindahan kediaman Bupati Tumenggung Wirapraja ke Dayeuh Panjalu. Pasucian Bumi Alit dewasa ini terletak di Kebon Alas, Alun-alun Panjalu.
Pada awalnya Bumi Alit berupa taman berlumut yang dibatasi dengan batu-batu besar serta dilelilingi dengan pohon Waregu. Bangunan Bumi Alit berbentuk mirip lumbung padi tradisional masyarakat Sunda berupa rumah panggung dengan kaki-kaki yang tinggi, rangkanya terbuat dari bambu dan kayu berukir dengan dinding terbuat dari bilik bambu sedangkan atapnya berbentuk seperti pelana terbuat dari ijuk.
Ketika di Jawa Barat terjadi pengungsian akibat pendudukan tentara Jepang (1942-1945) benda-benda pusaka yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit itu diselamatkan ke kediaman sesepuh tertua keluarga Panjalu yaitu Raden Hanafi Argadipradja(1901-1973), cucu Raden Demang Aldakusumah di Kebon Alas, Panjalu.
Begitu pula ketika wilayah Jawa Barat berkecamuk pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) pimpinan S.M. Kartosuwiryo (1949-1962) yang marak dengan perampokan, pembantaian dan pembakaran rumah penduduk. Para pemberontak DI/TII itu sempat merampas benda-benda pusaka kerajaan Panjalu dari Bumi Alit. Pusaka-pusaka itu kemudian baru ditemukan kembali oleh aparat TNI di hutan Gunung Sawal lalu diserahkan kepada Raden Hanafi Argadipradja, kecuali pusaka Cis sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya.
Pada tahun 1955, Bumi Alit dipugar oleh warga dan sesepuh Panjalu yang bernama R.H. Sewaka (M. Sewaka) mantan Gubernur Jawa Barat (1947-1948, 1950-1952). Hasil pemugaran itu menjadikan bentuk bangunan Bumi Alit yang sekarang, berupa campuran bentuk mesjid zaman dahulu dengan bentuk modern, beratap susun tiga. Di pintu masuk Museum Bumi Alit terdapat patung ular bermahkota dan di pintu gerbangnya terdapat patung kepala gajah. Hingga kini, pemeliharaan Museum Bumi Alit dilakukan oleh Pemerintah Desa Panjalu yang terhimpun dalam ‘Wargi Panjalu’ di bawah pengawasan Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Ciamis.
Daftar Para Batara, Raja, Bupati dan Demang Panjalu Beserta Pusara/Petilasannya:
1.      Batara Tesnajati di Karantenan Gunung Sawal.
2.      Batara Layah di Karantenan Gunung Sawal.
3.      Batara Karimun Putih di Pasir Kaputihan Gunung Sawal.
4.      Prabu Sanghyang Rangga Gumilang atau Sanghyang Rangga Sakti di Cipanjalu,     Desa Maparah, Panjalu.
5.      Prabu Sanghyang Lembu Sampulur I di Cipanjalu, Desa Maparah, Panjalu.
6.      Prabu Sanghyang Cakradewa di Cipanjalu, Desa Maparah, Panjalu.
7.      Prabu Sanghyang Lembu Sampulur II di Cimalaka Gunung Tampomas, Sumedang.
8.      Prabu Sanghyang Borosngora (adik Sanghyang Lembu Sampulur II) di Jampang Manggung, Sukabumi.
9.      Prabu Rahyang Kuning di Kapunduhan Cibungur, Desa Kertamandala, Panjalu.
10.  Prabu Rahyang Kancana (adik Prabu Rahyang Kuning) di Nusa Larang, Situ Lengkong Panjalu.
11.  Prabu Rahyang Kuluk Kukunangteko di Cilanglung Desa simpar, Panjalu.
12.  Prabu Rahyang Kanjut Kadali Kancana di Sareupeun, Desa Hujungtiwu, Panjalu.
13.  Prabu Rahyang Kadacayut Martabaya di Hujung Winangun, Situ Lengkong Panjalu.
14.  Prabu Rahyang Kunang Natabaya di Ciramping, Desa Simpar, Panjalu.
15.  Raden Arya Sumalah di Buninagara, Desa Simpar, Panjalu.
16.  Pangeran Arya Sacanata (adik R. Arya Sumalah) di Nombo Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
17.  Raden Arya Wirabaya (anak R. Arya Sumalah) di Cilamping, Panjalu.
18.  Raden Tumenggung Wirapraja (anak R. Arya Wirabaya) di Kebon Alas Warudoyong, Panumbangan Ciamis.
19.  Raden Tumenggung Cakranagara I (anak R. Arya Wiradipa bin Pangeran Arya Sacanata) di Cinagara, Panjalu.
20.  Raden Tumenggung Cakranagara II di Puspaligar, Panjalu.
21.  Raden Tumenggung Cakranagara III di Nusa Larang, Situ Lengkong Panjalu.
22.  Raden Demang Sumawijaya di Nusa Larang, Situ Lengkong Panjalu.

Nyangku
Nyangku adalah suatu rangkaian prosesi adat penjamasan (penyucian) benda-benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan para Raja serta Bupati Panjalu penerusnya yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit. Istilah Nyangku berasal dari kata bahasa Arab "yanko" yang artinya membersihkan, mungkin karena kesalahan pengucapan lidah orang Sunda sehingga entah sejak kapan kata yanko berubah menjadi nyangku.Upacara Nyangku ini dilaksanakan pada Hari Senin atau Kamis terakhir Bulan Maulud (Rabiul Awal).
Dalam rangka mempersiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan upacara Nyangku ini pada jaman dahulu biasanya semua keluarga keturunan Panjalu menyediakan beras merah yang harus dikupas dengan tangan, bukan ditumbuk sebagaimana biasa. Beras merah ini akan digunakan untuk membuat tumpeng dan sasajen (sesaji). Pelaksanaan menguliti gabah merah dimulai sejak tanggal 1 Mulud sampai dengan satu hari sebelum pelaksanaan Nyangku.
Dalam rangka mempersiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan upacara Nyangku ini pada jaman dahulu biasanya semua keluarga keturunan Panjalu menyediakan beras merah yang harus dikupas dengan tangan, bukan ditumbuk sebagaimana biasa. Beras merah ini akan digunakan untuk membuat tumpeng dan sasajen (sesaji). Pelaksanaan menguliti gabah merah dimulai sejak tanggal 1 Mulud sampai dengan satu hari sebelum pelaksanaan Nyangku.
Disamping itu, semua warga keturunan Panjalu melakukan ziarah ke makam Raja-raja Panjalu dan bupati-bupati penerusnya terutama makam Prabu Rahyang Kancana di Nusa Larang Situ Lengkong. Kemudian Kuncen (juru Kunci) Bumi Alit atau beberapa petugas yang ditunjuk panitia pelaksanaan Nyangku melakukan pengambilan air suci untuk membersihkan benda-benda pusaka yang berasal dari tujuh sumber mata air, yaitu:
1. Sumber air Situ Lengkong
2. Sumber air Karantenan Gunung Sawal
3. Sumber air Kapunduhan (makam Prabu Rahyang Kuning)
4. Sumber air Cipanjalu
5. Sumber air Kubang Kelong
6. Sumber air Pasanggrahan
7. Sumber air Bongbang Kancana
Bahan-bahan lain yang diperlukan dalam pelaksanan upacara Nyangku adalah tujuh macam sesaji termasuk umbi-umbian, yaitu:
1. Tumpeng nasi merah
2. Tumpeng nasi kuning
3, Ayam panggang
4. Ikan dari Situ Lengkong
5. Sayur daun kelor
6. Telur ayam kampung
7. Umbi-umbian
Selanjutnya disertakan pula tujuh macam minuman, yaitu:
1. Kopi pahit
2. Kopi manis
3. Air putih
4. Air teh
5. Air Mawar
6. Air Bajigur
7. Rujak Pisang
Kelengkapan prosesi adat lainnya adalah sembilan payung dan kesenian gembyung untuk mengiringi jalannya upacara.
Pada malam harinya sebelum upacara Nyangku, dilaksanakanlah acara Muludan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh para sesepuh Panjalu serta segenap masyarakat yang datang dari berbagai pelosok sehingga suasana malam itu benar-benar meriah, apalagi biasanya di alun-alun Panjalu juga diselenggarakan pasar malam yang semarak.
Keesokan paginya dengan berpakaian adat kerajaan para sesepuh Panjalu berjalan beriringan menuju Bumi Alit tempat benda-benda pusaka disimpan. Kemudian dibacakan puji-pujian dan shalawat Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya benda-benda pusaka yang telah dibalut kain putih mulai disiapkan untuk diarak menuju tempat penjamasan. Perjalannya didiringi dengan irama gembyung (rebana) dan pembacaan Shalawat Nabi.
Setibanya di Situ Lengkong, dengan menggunakan perahu rombongan pembawa benda-benda pusaka itu menyeberang menuju Nusa Larang dengan dikawal oleh dua puluh perahu lainnya. Pusaka-pusaka kemudian diarak lagi menuju bangunan kecil yang ada di Nusa Larang. Benda-benda pusaka itu kemudian diletakan diatas alas kasur yang khusus disediakan untuk upacara Nyangku ini. Selanjutnya benda-benda pusaka satu persatu mulai dibuka dari kain putih pembungkusnya.
Setelah itu benda-benda pusaka segera dibersihkan dengan tujuh sumber mata air dan jeruk nipis, dimulai dengan pedang pusaka Prabu Sanghyang Borosngora dan dilanjutkan dengan pusaka-pusaka yang lain.
Tahap akhir, setelah benda-benda pusaka itu selesai dicuci lalu diolesi dengan minyak kelapa yang dibuat khusus untuk keperluan upacara ini, kemudian dibungkus kembali dengan cara melilitkan janur lalu dibungkus lagi dengan tujuh lapis kain putih dan diikat dengan memakai tali dari benang boeh. Setelah itu baru kemudian dikeringkan dengan asap kemenyan lalu diarak untuk disimpan kembali di Pasucian Bumi Alit.
Upacara adat Nyangku ini mirip dengan upacara Sekaten di Yogyakarta juga Panjang Jimat di Cirebon, hanya saja selain untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, acara Nyangku juga dimaksudkan untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora yang telah menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat dan keturunannya.
Tradisi Nyangku ini konon telah dilaksanakan sejak zaman pemerintahan Prabu Sanghyang Borosngora, pada waktu itu, Sang Prabu menjadikan prosesi adat ini sebagai salah satu media Syiar Islam bagi rakyat Panjalu dan sekitarnya.

C.      Sejarah singkat Kerajaan Panjalu

Panjalu adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang terletak di ketinggian 731 m dpl dan berada kaki Gunung Sawal (1764 m dpl) Jawa Barat. Posisi Panjalu dikelilingi oleh benteng alamiah berupa rangkaian pegunungan , dari sebelah selatan dan timur berdiri kokoh Gunung Sawal yang memisahkannya dengan wilayah Galuh, bagian baratnya dibentengi oleh Gunung Cakrabuana yang dahulu menjadi batas dengan Kerajaan Sumedang Larang dan di sebelah utaranya memanjang Gunung Bitung yang menjadi batas Kabupaten Ciamis dengan Majalengka yang dahulu merupakan batas Panjalu dengan Kerajaan Talaga.
Secara geografis pada abad ke-13 sampai abad ke-16 (tahun 1200-an sampai dengan tahun 1500-an) Kerajaan Panjalu berbatasan dengan Kerajaan Talaga, Kerajaan Kuningan, dan Cirebon di sebelah utara. Di sebelah timur Kerajaan Panjalu berbatasan dengan Kawali (Ibukota Kemaharajaan Sunda 1333-1482), wilayah selatannya berbatasan dengan Kerajaan Galuh, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Galunggung dan Kerajaan Sumedang Larang.
Menurut Munoz (2006) Kerajaan Panjalu Ciamis (Jawa Barat) adalah penerus Kerajaan Panjalu Kediri (Jawa Timur) karena setelah Maharaja Kertajaya Raja Panjalu Kediri terakhir tewas di tangan Ken Angrok (Ken Arok) pada tahun 1222, sisa-sisa keluarga dan pengikut Maharaja Kertajaya itu melarikan diri ke kawasan Panjalu Ciamis. Itulah sebabnya kedua kerajaan ini mempunyai nama yang sama dan Kerajaan Panjalu Ciamis adalah penerus peradaban Panjalu Kediri.
Nama Panjalu sendiri mulai dikenal ketika wilayah itu berada dibawah pemerintahan Prabu Sanghyang Rangga Gumilang; sebelumnya kawasan Panjalu lebih dikenal dengan sebutan Kabuyutan Sawal atau Kabuyutan Gunung Sawal. Istilah Kabuyutan identik dengan daerah Kabataraan yaitu daerah yang memiliki kewenangan keagamaan (Hindu) seperti Kabuyutan Galunggung atau Kabataraan Galunggung.
Kabuyutan adalah suatu tempat atau kawasan yang dianggap suci dan biasanya terletak di lokasi yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, biasanya di bekas daerah Kabuyutan juga ditemukan situs-situs megalitik (batu-batuan purba) peninggalan masa prasejarah.




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.     Kesimpulan
Kerajaan Panjalu memiliki satu bangunan tempat penyimpanan benda-benda pusaka, dinamai ‘Museum Bumi Alit’, yang terletak tidak jauh dari Situ Lengkong. Bumi Alit dikenal juga dengan nama ‘Pasucian’, didirikan oleh Sanghyang Prabu Boros Ngora (raja Panjalu). Pada awalnya Bumi Alit terletak di Buni Sakti, kemudian dipindahkan ke Desa Panjalu lengkap dengan benda-benda kerajaan Panjalu. Bentuk Bumi Alit berupa tanaman lumut yang dibatasi dengan batu-batu besar, dan di sekelilingnya dipagari dengan tanaman Waregu. Di tengah-tengahnya berdiri sebuah bangunan, terbuat dari kayu dan bambu, di bawahnya adalah ijuk. Dindingnya terbuat dari bilik, dan atapnya (suhunan) terbuat dari ijuk berbentuk pelana.

B.      Saran
Bagi pelajar khususnya dan bagi masyarakat umumnya dengan adanya Bumi Alit atau tempat sejenisnya agar dijaga kelestariaannya serta adanya perkembangan agar pada waktu kelak nanti para generasi penerus bisa mengetahuinya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Singing Hatsune Miku