BUMI
ALIT PANJALU
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Oleh :
LELA PUSPITASARI 9D
ELIS HERLIANI 9D
TRESNA NOVIANI 9D
SULISTIANI 9D
SMPN 1
TAMBAKSARI
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Alloh
SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehinga peyusun dapat
menyelesaikan karya tulis yang
berjudul “BUMI ALIT PANJALU” penyusun menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna
baik mengenai isi maupun penulisan untuk itu kritik, saran, petunjuk, arahan
dan bimbingan dari berbagai pihak sangat penyusun harapkan. Karyatulisinidisusununtukmemenuhisalahsatutugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Atas jasa-jasa dari semua pihak yang telah diberikan
kepada kami, semoga amal baiknya di balas oleh
ALLAH S.W.T. amin.
Tambaksari, Februari 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
i
DAFTAR ISI.......................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang......................................................................................
1
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah.................................................
1
C.
Tujuan Penulisan...................................................................................
2
D.
Metode Penelitian................................................................................
3
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bumi Alit Panjalu............................................................... 3
B.
Sejarah Bumi Alit Panjalu..................................................................... 4
C.
Sejarah Singkat Kerajaan Panjalu......................................................... 11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan........................................................................................... 14
B.
Saran..................................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bumi Alit merupakan tempat
penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan PANJALU ,di wilayah ciamis jawa barat.
Penulis menjadikan Bumi Alit Panjalu sebagai bahan karya tulis ini dikarenakan
di Bumi alit tersimpan banyak bukti sejarah dan merupakan objek pariwisata yang
sangat menarik, berdasarkan hasil observasi dan penelitian pada studi tour
2011. Karya tulis ini dibuat berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Mempelajari sejarah dan memperdalam
ilmu pengetahuan khususnya
2. Penyelidikan, mengamati dan diamati
sutu objek
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Untuk
dapat lebih mengarah dan menempuh tujuan dalam penelitian ini, maka diperlukan
beberapa pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah karya tulis ini adalah :
a) Pengertian Bumi Alit Panjalu
b) Sejarah Bumi Alit Panjalu
c) Sejarah Singkat
kerajaan Panjalu
2.
Perumusan Masalah
Agar
untuk memudahkan pembahasan penulis membagi permasalahan dan bentuk pertanyaan
sebagai berikut :
a) Apa yang dimaksud dengan Bumi Alit
Panjalu ?
b) Bagaimana sejarah dari Bumi Alit
Panjalu ?
c) Bagaimana sejarah dari kerajaan
Panjalu?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian
dalam perumusan karya tulis ini adalah :
1. Sebagai salah satu tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia sebagai nilai tambahan.
2. Untuk dapat lebih memahami dan
mendalami tentang analisis dari sejarah Bumi alit dan kerajaan Panjalu
D. Metode
Penelitian
Metode
yang disetujui dengan teknik Studi Kepustakaan dan Literatur. Yaitu pengetahuan
yang bersumber dari beberapa media tulis, baik berupa buku, diktat, dan media
lainnya yang tentu ada kaitannya dengan masalah-masalah yang dibahas di dalam
karya tulis ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PengertianBumi Alit Panjalu
Pasucian
Bumi Alit atau lebih populer disebut Bumi Alit saja, mulai dibangun sebagai
tempat penyimpanan pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora oleh Prabu
Rahyang Kancana di Dayeuh Nagasari, Ciomas. Kata-kata bumi alit dalam Bahasa
Sunda berarti "rumah kecil" .Bumi alit bentuknya bangunan kecil yang
berada pada suatu tempat namanya “PASUCIAN” . nama pasucian sendiri diberikan
oleh raja Panjalu yang bernama Prabu shangyang Boros Ngora atau Syeh haji dul
imam, raja panjalu yang memeluk islam. Yang terkenal dengan pepatah sunda
“MANGAN KARNA HALAL,PAKE KARNA SUCI ,TEKAD UCAP LAMPAH SABEUNEURE” Bangunan
bumi alit masih tradisional dan terasa sejuk, masih banyak batu besar dan lumut
dan dulu masih terbuat dari kayu ,bambu dan ijuk.Benda-benda pusaka yang
tersimpan di Bumi Alit itu antara lain adalah:
1.
Pedang, cinderamata dari Baginda Ali RA, sebagai
senjata yang digunakan untuk pembela diri dalam rangka menyebarluaskan agama
Islam.
2.
Cis, berupa tombak bermata dua atau dwisula yang
berfungsi sebagai senjata pelindung dan kelengkapan dalam berdakwah atau
berkhutbah dalam rangka menyebarluaskan ajaran agama Islam.
3.
Keris Komando, senjata yang digunakan oleh Raja
Panjalu sebagai penanda kedudukan bahwa ia seorang Raja Panjalu.
4.
Keris, sebagai pegangan para Bupati Panjalu.
5.
Pancaworo, digunakan sebagai senjata perang pada
zaman dahulu.
6.
Bangreng, digunakan sebagai senjata perang pada
zaman dahulu.
7.
Gong kecil, digunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan rakyat pada zaman dahulu.
8.
Kujang, senjata perang khas Sunda peninggalan
seorang petapa sakti bernama Pendita Gunawisesa Wiku Trenggana (Aki Garahang)
yang diturunkan kepada para Raja Panjalu.
B.
Sejarah Bumi Alit Panjalu
Pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Wirapraja bangunan Bumi Alit
dipindahkan dari Dayeuh Nagasari, Ciomas ke Dayeuh Panjalu seiring dengan
perpindahan kediaman Bupati Tumenggung Wirapraja ke Dayeuh Panjalu. Pasucian
Bumi Alit dewasa ini terletak di Kebon Alas, Alun-alun Panjalu.
Pada awalnya Bumi Alit berupa taman berlumut yang dibatasi dengan
batu-batu besar serta dilelilingi dengan pohon Waregu. Bangunan Bumi Alit
berbentuk mirip lumbung padi tradisional masyarakat Sunda berupa rumah panggung
dengan kaki-kaki yang tinggi, rangkanya terbuat dari bambu dan kayu berukir
dengan dinding terbuat dari bilik bambu sedangkan atapnya berbentuk seperti
pelana terbuat dari ijuk.
Ketika di Jawa Barat terjadi pengungsian akibat pendudukan tentara Jepang
(1942-1945) benda-benda pusaka yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit itu
diselamatkan ke kediaman sesepuh tertua keluarga Panjalu yaitu Raden Hanafi
Argadipradja(1901-1973), cucu Raden Demang Aldakusumah di Kebon Alas, Panjalu.
Begitu pula ketika wilayah Jawa Barat berkecamuk pemberontakan DI/TII
(Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) pimpinan S.M. Kartosuwiryo (1949-1962)
yang marak dengan perampokan, pembantaian dan pembakaran rumah penduduk. Para
pemberontak DI/TII itu sempat merampas benda-benda pusaka kerajaan Panjalu dari
Bumi Alit. Pusaka-pusaka itu kemudian baru ditemukan kembali oleh aparat TNI di
hutan Gunung Sawal lalu diserahkan kepada Raden Hanafi Argadipradja, kecuali
pusaka Cis sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya.
Pada tahun 1955, Bumi Alit dipugar oleh warga dan sesepuh Panjalu yang
bernama R.H. Sewaka (M. Sewaka) mantan Gubernur Jawa Barat (1947-1948,
1950-1952). Hasil pemugaran itu menjadikan bentuk bangunan Bumi Alit yang
sekarang, berupa campuran bentuk mesjid zaman dahulu dengan bentuk modern,
beratap susun tiga. Di pintu masuk Museum Bumi Alit terdapat patung ular
bermahkota dan di pintu gerbangnya terdapat patung kepala gajah. Hingga kini,
pemeliharaan Museum Bumi Alit dilakukan oleh Pemerintah Desa Panjalu yang
terhimpun dalam ‘Wargi Panjalu’ di bawah pengawasan Dinas Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Ciamis.
Daftar Para Batara, Raja, Bupati dan Demang Panjalu Beserta
Pusara/Petilasannya:
1.
Batara Tesnajati di Karantenan
Gunung Sawal.
2.
Batara Layah di Karantenan
Gunung Sawal.
3.
Batara Karimun Putih di
Pasir Kaputihan Gunung Sawal.
4.
Prabu Sanghyang Rangga
Gumilang atau Sanghyang Rangga Sakti di Cipanjalu, Desa Maparah, Panjalu.
5.
Prabu Sanghyang Lembu
Sampulur I di Cipanjalu, Desa Maparah, Panjalu.
6.
Prabu Sanghyang Cakradewa di
Cipanjalu, Desa Maparah, Panjalu.
7.
Prabu Sanghyang Lembu
Sampulur II di Cimalaka Gunung Tampomas, Sumedang.
8.
Prabu Sanghyang Borosngora
(adik Sanghyang Lembu Sampulur II) di Jampang Manggung, Sukabumi.
9.
Prabu Rahyang Kuning di
Kapunduhan Cibungur, Desa Kertamandala, Panjalu.
10. Prabu Rahyang Kancana (adik Prabu Rahyang Kuning) di Nusa Larang, Situ
Lengkong Panjalu.
11. Prabu Rahyang Kuluk Kukunangteko di Cilanglung Desa simpar, Panjalu.
12. Prabu Rahyang Kanjut Kadali Kancana di Sareupeun, Desa Hujungtiwu,
Panjalu.
13. Prabu Rahyang Kadacayut Martabaya di Hujung Winangun, Situ Lengkong
Panjalu.
14. Prabu Rahyang Kunang Natabaya di Ciramping, Desa Simpar, Panjalu.
15. Raden Arya Sumalah di Buninagara, Desa Simpar, Panjalu.
16. Pangeran Arya Sacanata (adik R. Arya Sumalah) di Nombo Dayeuhluhur,
Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
17. Raden Arya Wirabaya (anak R. Arya Sumalah) di Cilamping, Panjalu.
18. Raden Tumenggung Wirapraja (anak R. Arya Wirabaya) di Kebon Alas
Warudoyong, Panumbangan Ciamis.
19. Raden Tumenggung Cakranagara I (anak R. Arya Wiradipa bin Pangeran Arya
Sacanata) di Cinagara, Panjalu.
20. Raden Tumenggung Cakranagara II di Puspaligar, Panjalu.
21. Raden Tumenggung Cakranagara III di Nusa Larang, Situ Lengkong Panjalu.
22. Raden Demang Sumawijaya di Nusa Larang, Situ Lengkong Panjalu.
Nyangku
Nyangku adalah suatu rangkaian prosesi adat penjamasan (penyucian)
benda-benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora dan para Raja serta
Bupati Panjalu penerusnya yang tersimpan di Pasucian Bumi Alit. Istilah Nyangku
berasal dari kata bahasa Arab "yanko" yang artinya membersihkan,
mungkin karena kesalahan pengucapan lidah orang Sunda sehingga entah sejak
kapan kata yanko berubah menjadi nyangku.Upacara Nyangku ini dilaksanakan pada
Hari Senin atau Kamis terakhir Bulan Maulud (Rabiul Awal).
Dalam rangka mempersiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan upacara Nyangku
ini pada jaman dahulu biasanya semua keluarga keturunan Panjalu menyediakan
beras merah yang harus dikupas dengan tangan, bukan ditumbuk sebagaimana biasa.
Beras merah ini akan digunakan untuk membuat tumpeng dan sasajen (sesaji).
Pelaksanaan menguliti gabah merah dimulai sejak tanggal 1 Mulud sampai dengan
satu hari sebelum pelaksanaan Nyangku.
Dalam rangka mempersiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan upacara Nyangku
ini pada jaman dahulu biasanya semua keluarga keturunan Panjalu menyediakan
beras merah yang harus dikupas dengan tangan, bukan ditumbuk sebagaimana biasa.
Beras merah ini akan digunakan untuk membuat tumpeng dan sasajen (sesaji).
Pelaksanaan menguliti gabah merah dimulai sejak tanggal 1 Mulud sampai dengan
satu hari sebelum pelaksanaan Nyangku.
Disamping itu, semua warga keturunan Panjalu melakukan ziarah ke makam
Raja-raja Panjalu dan bupati-bupati penerusnya terutama makam Prabu Rahyang
Kancana di Nusa Larang Situ Lengkong. Kemudian Kuncen (juru Kunci) Bumi Alit
atau beberapa petugas yang ditunjuk panitia pelaksanaan Nyangku melakukan
pengambilan air suci untuk membersihkan benda-benda pusaka yang berasal dari
tujuh sumber mata air, yaitu:
1. Sumber
air Situ Lengkong
2. Sumber
air Karantenan Gunung Sawal
3. Sumber
air Kapunduhan (makam Prabu Rahyang Kuning)
4. Sumber
air Cipanjalu
5. Sumber
air Kubang Kelong
6. Sumber
air Pasanggrahan
7. Sumber
air Bongbang Kancana
Bahan-bahan
lain yang diperlukan dalam pelaksanan upacara Nyangku adalah tujuh macam sesaji
termasuk umbi-umbian, yaitu:
1.
Tumpeng nasi merah
2.
Tumpeng nasi kuning
3, Ayam
panggang
4. Ikan
dari Situ Lengkong
5. Sayur
daun kelor
6. Telur
ayam kampung
7.
Umbi-umbian
Selanjutnya
disertakan pula tujuh macam minuman, yaitu:
1. Kopi
pahit
2. Kopi
manis
3. Air
putih
4. Air
teh
5. Air
Mawar
6. Air
Bajigur
7. Rujak
Pisang
Kelengkapan
prosesi adat lainnya adalah sembilan payung dan kesenian gembyung untuk
mengiringi jalannya upacara.
Pada malam harinya sebelum upacara Nyangku, dilaksanakanlah acara Muludan
peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh para sesepuh
Panjalu serta segenap masyarakat yang datang dari berbagai pelosok sehingga
suasana malam itu benar-benar meriah, apalagi biasanya di alun-alun Panjalu
juga diselenggarakan pasar malam yang semarak.
Keesokan paginya dengan berpakaian adat kerajaan para sesepuh Panjalu
berjalan beriringan menuju Bumi Alit tempat benda-benda pusaka disimpan. Kemudian
dibacakan puji-pujian dan shalawat Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya benda-benda
pusaka yang telah dibalut kain putih mulai disiapkan untuk diarak menuju tempat
penjamasan. Perjalannya didiringi dengan irama gembyung (rebana) dan pembacaan
Shalawat Nabi.
Setibanya di Situ Lengkong, dengan menggunakan perahu rombongan pembawa
benda-benda pusaka itu menyeberang menuju Nusa Larang dengan dikawal oleh dua
puluh perahu lainnya. Pusaka-pusaka kemudian diarak lagi menuju bangunan kecil
yang ada di Nusa Larang. Benda-benda pusaka itu kemudian diletakan diatas alas
kasur yang khusus disediakan untuk upacara Nyangku ini. Selanjutnya benda-benda
pusaka satu persatu mulai dibuka dari kain putih pembungkusnya.
Setelah itu benda-benda pusaka segera dibersihkan dengan tujuh sumber
mata air dan jeruk nipis, dimulai dengan pedang pusaka Prabu Sanghyang
Borosngora dan dilanjutkan dengan pusaka-pusaka yang lain.
Tahap akhir, setelah benda-benda pusaka itu selesai dicuci lalu diolesi
dengan minyak kelapa yang dibuat khusus untuk keperluan upacara ini, kemudian
dibungkus kembali dengan cara melilitkan janur lalu dibungkus lagi dengan tujuh
lapis kain putih dan diikat dengan memakai tali dari benang boeh. Setelah itu
baru kemudian dikeringkan dengan asap kemenyan lalu diarak untuk disimpan
kembali di Pasucian Bumi Alit.
Upacara adat Nyangku ini mirip dengan upacara Sekaten di Yogyakarta juga
Panjang Jimat di Cirebon, hanya saja selain untuk memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW, acara Nyangku juga dimaksudkan untuk mengenang jasa Prabu
Sanghyang Borosngora yang telah menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat dan
keturunannya.
Tradisi Nyangku ini konon telah dilaksanakan sejak zaman pemerintahan
Prabu Sanghyang Borosngora, pada waktu itu, Sang Prabu menjadikan prosesi adat ini
sebagai salah satu media Syiar Islam bagi rakyat Panjalu dan sekitarnya.
C.
Sejarah
singkat Kerajaan Panjalu
Panjalu adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang terletak di ketinggian
731 m dpl dan berada kaki Gunung Sawal (1764 m dpl) Jawa Barat. Posisi Panjalu
dikelilingi oleh benteng alamiah berupa rangkaian pegunungan , dari sebelah
selatan dan timur berdiri kokoh Gunung Sawal yang memisahkannya dengan wilayah
Galuh, bagian baratnya dibentengi oleh Gunung Cakrabuana yang dahulu menjadi
batas dengan Kerajaan Sumedang Larang dan di sebelah utaranya memanjang Gunung
Bitung yang menjadi batas Kabupaten Ciamis dengan Majalengka yang dahulu
merupakan batas Panjalu dengan Kerajaan Talaga.
Secara geografis pada abad ke-13 sampai abad ke-16 (tahun 1200-an sampai
dengan tahun 1500-an) Kerajaan Panjalu berbatasan dengan Kerajaan Talaga,
Kerajaan Kuningan, dan Cirebon di sebelah utara. Di sebelah timur Kerajaan
Panjalu berbatasan dengan Kawali (Ibukota Kemaharajaan Sunda 1333-1482),
wilayah selatannya berbatasan dengan Kerajaan Galuh, sedangkan di sebelah barat
berbatasan dengan Kerajaan Galunggung dan Kerajaan Sumedang Larang.
Menurut
Munoz (2006) Kerajaan Panjalu Ciamis (Jawa Barat) adalah penerus Kerajaan
Panjalu Kediri (Jawa Timur) karena setelah Maharaja Kertajaya Raja Panjalu
Kediri terakhir tewas di tangan Ken Angrok (Ken Arok) pada tahun 1222,
sisa-sisa keluarga dan pengikut Maharaja Kertajaya itu melarikan diri ke
kawasan Panjalu Ciamis. Itulah sebabnya kedua kerajaan ini mempunyai nama yang
sama dan Kerajaan Panjalu Ciamis adalah penerus peradaban Panjalu Kediri.
Nama Panjalu sendiri mulai dikenal ketika wilayah itu berada dibawah
pemerintahan Prabu Sanghyang Rangga Gumilang; sebelumnya kawasan Panjalu lebih
dikenal dengan sebutan Kabuyutan Sawal atau Kabuyutan Gunung Sawal. Istilah
Kabuyutan identik dengan daerah Kabataraan yaitu daerah yang memiliki
kewenangan keagamaan (Hindu) seperti Kabuyutan Galunggung atau Kabataraan
Galunggung.
Kabuyutan adalah suatu tempat atau kawasan yang dianggap suci dan
biasanya terletak di lokasi yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya, biasanya
di bekas daerah Kabuyutan juga ditemukan situs-situs megalitik (batu-batuan
purba) peninggalan masa prasejarah.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kerajaan Panjalu memiliki satu bangunan tempat
penyimpanan benda-benda pusaka, dinamai ‘Museum Bumi Alit’, yang terletak tidak
jauh dari Situ Lengkong. Bumi Alit dikenal juga dengan nama ‘Pasucian’,
didirikan oleh Sanghyang Prabu Boros Ngora (raja Panjalu). Pada awalnya Bumi
Alit terletak di Buni Sakti, kemudian dipindahkan ke Desa Panjalu lengkap
dengan benda-benda kerajaan Panjalu. Bentuk Bumi Alit berupa tanaman lumut yang
dibatasi dengan batu-batu besar, dan di sekelilingnya dipagari dengan tanaman
Waregu. Di tengah-tengahnya berdiri sebuah bangunan, terbuat dari kayu dan bambu,
di bawahnya adalah ijuk. Dindingnya terbuat dari bilik, dan atapnya (suhunan)
terbuat dari ijuk berbentuk pelana.
B.
Saran
Bagi pelajar khususnya dan bagi masyarakat umumnya
dengan adanya Bumi Alit atau tempat sejenisnya agar dijaga kelestariaannya serta
adanya perkembangan agar pada waktu kelak nanti para generasi penerus bisa
mengetahuinya.
DAFTAR PUSTAKA