Powered By Blogger

Minggu, 27 Mei 2012

Fenomena Handphone Di Masyarakat


Telepon genggam atau lebih dikenal dengan istilah Handphone (HP) dalam definisi situs Wikipedia adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap namun bisa dibwa kemana-mana (portable) dan tidak perlu disambungkan ke jaringan kabel. Saat ini Indonesia termasuk negara dengan pemakaian HP terbesar di dunia. Menurut data mei 2009, Indonesia menempati posisi ke enam negara di dunia yang paling banyak menggunakan HP setelah Cina, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Brazil dengan 73,1 % dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Atau sekitar 191,480,630 juta jiwa.
 Data ini jelas menggambarkan bahwa fenomena sosial dari alat komunikasi ini merupakan fenomena yang tidak bisa disepelekan. Karena fungsi nya pun sudah bergeser bukan hanya sebagai alat komunikasi namun juga sebagai gaya hidup (life style). Saya akan mencoba menjelaskan fenomena ini dari aspek sosiologis. Mulai dari awal mula kegunaannya sampai dengan dampak fenomenanya terhadap perekonomian masyarakat Indonesia.
HP merupakan alat elektronik yang terbilang unik karena bisa dimiliki oleh semua golongan. Kaya, miskin, tua, muda. Semuanya menggunakan alat komunikasi ini. Dan alat elektronik ini ternyata mempunyai perkembangan sejarah yang cukup panjang. Diawali dengan HP generasi pertama, kedua, ketiga, dan keempat yaitu yang sekarang paling canggih dan modern semisal HP 4G yang dilengkapi wireless broadband (WiBro),CDMA, wireless LAN, Bluetooth, dll. Perkembangan handphone mulai masuk indonesia sekita tahun 1998, pada tahun tersebut handphone hanya digunakan untuk menelepon saja dan harganya pun sangat tinggi sekali sekitar 10 jt rupiah. Vendor-vendor yang pertama kali mengeluarkan handphone semisal siemens, ericsson, dan nokia. Pada masa tersebut pula lah kartu perdana yang dipergunakan harganya sangat mahal sekitar 500 ribu rupiah dan masih memeiliki sistem roaming yang mengharuskan kita memiliki pulsa walaupun hanya menerima panggilan saja.
Lalu apa sebabnya menjamurnya pengguna HP di Indonesia? Tak lain dan tak bukan disebabkan oleh industrialisasi HP oleh korporasi multinasional seperti Ericsson, Siemens, Nokia, dll. Pemasaran besar-besaran membuat harga HP semakin murah dan mudah untuk dimiliki. Di lain pihak juga menjamurnya bisnis operator generasi awal seperti Telkomsel, Pro XL, dll. Lalu disusul bisnis operator generasi akhir seperti Indosat, Three, Axis, Smart, dll. Yang menambah persaingan di dunia operator telephone seluler yang pastinya membuat berbagai aplikasi dan persaingan harga yang tentunya membuat harga semakin murah dan terjangkau.Kondisi ini semakin diperparah dengan disetujuinya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Maka HP buatan China pun semakin meramaikan industri ponsel di Indonesia. Dengan model dan fitur yang menawan dan harga yang terjangkau maka HP China ini semakin digandrungi.  Belum lagi jika kita melihat fenomena ponsel Blackberry. Maka kita semakin bisa menyimpulkan bahwa HP pada saat in bukan lagi sebagai kebutuhan, melainkan menjadi gaya hidup.
HP pun mempunyai dampak di bidang Ekonomi yang tidak sedikit. Counter HP, pulsa, dan servis HP pun menjadi lapangan pekerjaan bagi Usaha Kecil Menengah (UKM). Ada banyak tenaga kerja yang hanya memiliki skil yang pas-pas an bisa terjun di usaha ini. Tanpa ada skil yang memadai, mereka menjadi pramuniaga di counter atau toko HP yang kini menjamur di setiap kota. Dari mulai yang hanya menjadi penjaga, kasir, sampai teknisi. Maka jelas, fenomena menjamurnya HP ini membuat dampak positif pula di bidang ekonomi. Khususnya Usaha Kecil Menengah.
Namun fenomena HP ini mempunyai dampak negatif mengenai masalah gaya hidup, terutama di kalangan remaja bahkan anak-anak. Di zaman globalisasi ini, ternyata anak kecil tidak bisa terhindarkan dari efek fenomena HP ini. Buktinya anak-anak TK pun sudah ‘melek’ HP terutama merek Blackberry. Ini terjadi umumnya di kota-kota besar. Walaupun tidak tertutup kemungkinan bahwa anak-anak seumuran TK di desa pun sudah terkean efek dan imbas dari globalisasi. Jelas, ini bukan merupakan kabar gembira. Karena pada umur se-dini itu seharusnya para orang tua mengoptimalkan kemampuan panca indera dan kemampuan non-teknologi. Agar ketika dewasa tidak terlalu bergantung pada teknologi.
Belum jika kita melihat fenomena HP yang terjadi pada gaya hidup remaja kita. Blackberry terasa seperti barang wajib jika ingin diakui trendi dan gaul. Bukan tentang fungsi dan kegunaannya, namun lebih gengsi dan gaya saja. Sudah barang tentu, remaja tipe seperti ini adalah remaja yang bukan diperlukan untuk menjadi generasi penerus bangsa ini. Menurut saya, boleh pakai Blackberry asal alasannya karena memang butuh untuk menggunakan fungsinya. Bukan karena gengsi dan gaya. Jika karena alasan seperti itu mereka mengkonsumsi HP mewah, maka saya khawatir bahwa timbul pengikutan besar-besaran oleh para masyarakat lapisan bawah. Mereka menyaksikan HP mewah itu di sinetron atau TV misalnya, tapi karena kesenjangan yang begitu jauh memisahkan antara lapisan atas dan bawah, mereka pun melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Seperti misalnya, banyak yang mau menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) dari kalangan remaja disebabkan keinginan mereka hidup dengan barang-barang mewah.
Dari sisi lingkungan sudah jelas, bahwa industrialisasi secara massive akan memberi pencemaran lingkungan. Negara-negara industri seperti Amerika Serikat, terbukti berperan besar dalam pencemaran lingkungan yang menyebabkan global warming. Perusahaan elektronik, termasuk HP, juga bertanggung jawab atas pencemaran lingkungan ini. Dan sampai saat ini belum ada perusahaan elektronik, termasuk HP, membuat dan memasarkan produknya secara luas.
Maka, sudah selayaknya lah kita semakin bijak dalam menyikapi fenomena HP ini. menjadikan HP sebagai gengsi dan gaya bukanlah merupakan sifat yang bijak. Gunakanlah dengan bijaksana apa yang menjadi tanggung jawab kita. Semoga dengan tulisan ini bisa memberi manfaat bagi kita semua.

1 komentar:

Singing Hatsune Miku